Minggu, 19 Maret 2017

Surat Terbuka Untuk Mantan Calon Mertua (chapter-1)

Saya tulis ini bukan atas dasar rasa sakit hati dan kecewa saya, saya lebih ingin bertanya dengan segala rasa hormat saya kepada anda. Dimana letak hati nurani anda?
Ya,,saya cukup sadar dengan kekhawatiran anda. Khawatir melepas anak gadisnya ke tangan orang yg salah, ke tangan pria yg kau pikir tak cukup mencintai putri kesayanganmu. Tapi apakah kau tau rasanya dipisahkan dari orang yg kau cintai? Apakah kau tau, bahwa saya; sebagai tunangan putrimu begitu merasa terpukul atas keputusan sepihak darimu. Dan saya cukup yakin, hal yg sama juga dirassakan oleh putri kesayanganmu itu.
Bagaimana kami telah begitu lama menanti dan sama-sama mempersiapkan hari indah itu.
Bukan,,bukan karena kami berdua sedang dimabuk cinta. Karena kami telah begitu lama merasakan jatuh cinta pada masing2 kami, yang kami rasakan saat ini (sebelum anda putuskan sepihak pertunangan ini), bukan karena cinta diantara kami berdua. Kami cukup sadar bahwa kami sama2 ingin menyempurnakan agama yg kami yakini. Kami cukup sadar bahwa hubungan pertunangan kami sudah terlalu lama, kami khawatir timbul fitnah yang menerpa kami - dan juga orang tua kami.
Kami tidak menuntut anda untuk "membantu" menyiapkan pernikahan yang megah bagi kami. Kami hanya ingin anda memberikan restu dan doa kepada kami, agar kelak kami dapat mewujudkan rumah tangga yg sakinah-mawaddah-warrohmah yang juga kelak akan membuat anda turut bangga dan berbahagia atas rumah tangga kami.
Bukan,,bukan karena kami ingin melawan perintahmu. Hanya saja saya (jika tak boleh lagi menyebut kami) tak habis pikir dengan keputusan sepihak anda. Jika memang anda lihat dan anda pikir saya tidak cukup layak dan tidak pantas untuk menjadi pendamping putrimu, mengapa dulu anda menerima lamaran saya dan keluarga untuk meminang putri kesayanganmu? Mengapa tak sedari dulu anda melarang kami untuk berhubungan? Mengapa setelah 4 tahun kedekatan kami - 2 tahun masa pertunangan kami, anda baru memisahkan kami? Apakah perlu selama itu untuk menilai seseorang? Apakah selama masa itu anda pikir banyak hal yg saya tutupi? Bukankah selama masa itu anda juga bisa melihat bagaimana saya berusaha dengan segala kemampuan dan keterbatasan yg saya miliki agar selalu bisa membahagiakan putri kesayangan anda?
Apa anda tidak melihat? Bagaimana dulu saya menemani putri kesayangan anda untuk bisa segera memperoleh gelar sarjana, bagaimana saya hingga larut malam menemani putrimu menyelesaikan skripsinya, bagaimana saya rela mengantar dan menjemput putrimu-tak peduli siang bolong atau tengah malam, panas terik atau hujan deras sekalipun-demi untuk memastikan bahwa dia berada dalam perlindungan orang yg tepat.
Lantas pembuktian yg seperti apa lagi? yg harus saya tunjukkan demi meyakinkan anda bahwa saya mencintai putri anda dengan segala kelebihan dan kekurangan yg ada pada dirinya.
Jika mungkin akhir2 ini waktu saya kurang cukup untuk menjalin komunikasi dan hubungan yg baik dengan anda ataupun putri kesayangan anda, itu tidak lain karena kesibukan saya saat ini, bekerja. Ya,,saat ini saya sudah bekerja. Beda dengan saat dahulu diawal berhubungan dengan putrimu. Dan itu sama sekali tidak mengurangi perasaan dan perhatian saya kepada putri kesayanganmu itu, bisa saya pastikan hal itu.
Jika dahulu "tantangan" anda tentang keseriusan saya terhadap putrimu hanya sekedar tantangan belaka, anda salah besar. Sejak awal berhubungan dengan putrimu, tak pernah sedikitpun terbesit keinginan untuk main-main dengan putrimu. Maka dari itu ketika anda menanyakan tentang keseriusan saya dengan putri anda, bak gayung bersambut-dengan mantap saya katakan; saya serius dan ingin menjadikan putri kesayanganmu sebagai pendamping hidup saya. Tak peduli pada saat itu anda menyelipkan kalimat; 'kalo mas ga siap, sebenernya mama sudah ada bayangan untuk menjodohkan adek dengan pria lain", saya dengan kesungguhan dan ketulusan hati maju terus tanpa pedulikan kata-kata anda. Dan sayangnya saya bukan tipe pria pengecut-yang hanya berani memacari putri anda, dengan segala keyakinan dan kesungguhan hati, saya beranikan diri untuk turut serta mengajak sanak keluarga meminang putri kesayanganmu itu.
Walau pada saat itu saya tidak memiliki apa-apa, belum punya pekerjaan tetap, belum punya materi-yang mungkin bisa dibanggakan kepada anda. Hanya bermodalkan basmalah dan keyakinan saya bahwa saya memiliki Tuhan Yang Maha Kaya-yang sudah pasti menjamin rezeki kepada tiap-tiap hamba-Nya, saya mantapkan hati untuk meminang dan menjadikan putrimu satu-satunya perhiasan di dunia ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar